Harga Ikan Red Devil 5 Jari

Cara Memelihara Ikan Red Devil

Walau dikenal berbahaya, ikan ii tetap digandrungi oleh para pecinta ikan hias. Walau begitu, ikan jenis ini tak cocok dipelihara oleh pecinta ikan hias pemula. Pasalnya, tempat yang disediakan untuk memelihara ikan ini harus cukup luas serta perawatan yang lebih rumit.

Terlepas dari sifatnya yang ganas, ikan penyendiri ini merupakan ikan yang tangguh. Meskipun begitu, Grameds harus memerhatikan beberapa hal supaya mereka bisa tumbuh dengan maksimal.

Pertama, pastikan bahwa ukuran akuarium cukup besar bagi ruang gerak ikan ini karena mereka merupakan perenang yang aktif. Aquarium Source menyarankan bahwa Grameds untuk memilih akuarium yang memiliki ukuran 180x70x70 cm atau lebih.

Di samping itu, memperhatikan tingkat keasaman dan suhu air akuarium juga tak kalah penting. Usahakan temperatur air dalam akuarium berada pada kisaran 21–26 derajat Celsius dengan pH 6–8.

Grameds memerlukan setidaknya 55 galon atau 208L air untuk satu ikan red devil. Bila ada dua ikan red devil, maka Grameds memerlukan akuarium atau tangki yang lebih besar setidaknya dengan 125 galon atau 473L air. Sementara, dibutuhkan setidaknya 200 galon lebih atau sekitar 757L air untuk menampung beberapa ikan red devil sekaligus di tempat yang sama.

Selain wajib memperhatikan kapasitas air, Grameds juga harus rajin menguras atau mengganti air akuarium dengan teratur. Ikan ini merupakan jenis ikan yang senang hidup di tempat yang sama seperti habitat aslinya. Jadi, sebaiknya lapisi bagian bawah akuarium dengan menggunakan pasir halus dan beri batu serta kayu sebagai tempat mereka bersembunyi.

Pastikan juga untuk menjaga oksigen yang terpenuhi dan sehat sebagai tempat hidup ikan cantik ini.

Asal Mula Ikan Red Devil di Indonesia

Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, ikan ini bukanlah spesies asli dari Indonesia. Meski demikian, ikan ganas ini sudah dapat dengan mudah ditemukan di perairan air tawar Tanah Air. Peneliti mengungkapkan bahwa ikan yang memiliki gigi tajam ini sudah masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 1990-an, dibawa dari Singapura dan Malaysia lalu disebarkan di beberapa waduk buatan di Indonesia.

Peneliti juga mengungkapkan bahwa banyak ikan merah cantik yang dengan sengaja dilepas di perairan Indonesia oleh para penggemar ikan hias dengan berbagai alasan yang salah satunya adalah keganasan dari ikan ini. Pelepasan ikan ini dilakukan tanpa pengkajian yang jelas sehingga mengakibatkan populasi ikan red devil di alam liar meluas dengan cepat, bahkan hingga mendominasi serta merusak perairan tersebut.

Termasuk ikan yang agresif

Penamaan red devil bukanlah karena warna tubuhnya yang merah cerah, melainkan karena perilaku agresifnya. Berdasarkan Fishkeeping World, gak jarang si setan merah mengejar ikan lain sekadar untuk "olahraga", menggigit ekor, hingga membunuh mereka.

Lantaran perilakunya yang ganas itu, penghobi ikan hias lebih sering menempatkan red devil di tempat yang terpisah dari spesies lain. Kendati demikian, dengan sesamanya pun ikan ini tetap menunjukkan sifat agresif, kecuali dengan pasangannya. Jadi, untuk mencegah pertikaian antar red devil yang belum kawin, sediakan banyak tempat bersembunyi di akuarium.

Selain kepada sesama ikan, Amphilophus labiatus juga ganas dengan benda-benda di sekitarnya. Dianugerahi gigi tajam dan rahang yang kuat, si setan merah gak segan-segan menghancurkan peralatan akuarium, menyeruduk kaca akuarium, dan bahkan menggigitmu, lho!

Tempat asal ikan Red Devil

Dihimpun dari data detikEdu, ikan Red Devil yang memiliki nama latin Cichlasoma labiatum adalah spesies ikan asal Danau Managua dan Danau Nikaragua di Amerika Tengah. Awalnya, ikan ini dikenalkan sebagai ikan hias di Indonesia.

Di beberapa daerah di Indonesia, ikan Red Devil kerap disebut setan merah, ikan oscar, louhan merah, dan nonong.

Meski memiliki warna yang cantik dan figur seperti ikan lohan, ikan Red Devil bukanlah ikan yang bisa dipelihara. Ikan ini memiliki sifat agresif dan pemakan segala.

Dalam Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia ikan itu disebut sebagai ikan predator yang amat rakus.

Ikan Red Devil Dilarang di Indonesia

Ikan predator ini pernah muncul serta menghebohkan ekosistem air tawar di Danau Toba, Sumatera Utara. Aksi brutal dari ikan red devil menjadikan populasi ikan endemik menjadi menurun serta merugikan nelayan setempat.

Kemunculan dari ikan buas ini ternyata juga terjadi di banyak daerah lain di Indonesia. Si setan merah ini dapat ditemukan di beberapa daerah, seperti Waduk Sermo, Kulon Progo dan Waduk Wonorejo, Tulungagung. Populasi ikan agresif ini menjadi sangat banyak dan memangsa ikan-ikan lain yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi.

Pemerintah RI pun sudah merilis peraturan yang melarang persebaran ikan red devil di Indonesia. Larangan tersebut diatur melalui Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 19 Tahun 2020 tentang Larangan Pemasukan, Pembudidayaan, Peredaran dan Pengeluaran Jenis Ikan Yang Membahayakan dan atau Merugikan Dalam dan Dari Perairan Negara Republik Indonesia

Termasuk ikan predator

Red Devil dikenal sebagai karnivora, meskipun sebenarnya ikan ini adalah hewan pemakan segala atau omnivora. Selain memakan ikan-ikan kecil, mereka juga memakan cacing dan tumbuhan akuatik.

"Sebagai ikan yang bersifat predator, ikan iblis akan memangsa ikan yang lebih kecil yang sebagian besar mangsanya tersebut bisa jadi adalah benih-benih ikan endemik asli perairan tersebut," jelas Darmawan Setia Budi S.Pi., M.Si., dosen Prodi Akuakultur SIKIA Banyuwangi UNAIR dalam laman resmi UNAIR.

3. Awal masuk ke Indonesia

Ikan Red Devil bukanlah spesies asli Indonesia. Namun, ikan ganas ini sudah banyak muncul di perairan air tawar Tanah Air sejak puluhan tahun lalu.

Dilansir dari CNBC (3/8) peneliti mencatat ikan Red Devil masuk ke Indonesia sekitar 1990-an, dibawa dari Malaysia dan Singapura lalu disebar di beberapa waduk buatan di Indonesia.

Peneliti juga menemukan bahwa ikan Red Devil sengaja dilepas di perairan Indonesia oleh para penggemar ikan hias. Pelepasan ikan ini diklaim tanpa pengkajian yang jelas sehingga berakibat populasi Red Devil meluas dengan cepat sampai mendominasi dan merusak beberapa perairan.

Red devil memangsa ikan endemik Danau Toba

Dari penjelasan sebelumnya, kamu sudah tahu kalau red devil gak segan melukai dan membunuh ikan lain. Nah, perilaku agresifnya tersebut sempat memicu masalah di perairan Danau Toba pada April 2022 lalu.

Kemunculan Amphilophus labiatus di danau vulkanik tersebut diduga karena dilepas sembarangan oleh masyarakat sekitar. Mungkin terlihat sepele, tapi pada kenyataannya red devil yang lepas telah memangsa ikan-ikan endemik di Danau Toba.

Spesies Amphilophus labiatus sendiri adalah golongan omnivor. Kamu bisa memberikannya sayur dan daging, seperti cacing ataupun jangkrik. Namun, karena sifatnya yang agresif juga memungkinkan mereka memangsa ikan-ikan yang berukuran lebih kecil.

Para setan merah lantas menjadi spesies invasif di Danau Toba. Kalau dibiarkan begitu saja, tentu akan menyebabkan populasi ikan endemik menjadi berkurang. Untungnya, masyarakat setempat sudah mengerahkan upaya dengan menangkap ikan-ikan ganas tersebut guna menjaga keseimbangan ekosistem.

Siapa yang menyangka ikan secantik red devil ternyata mampu menyebabkan kerusakan di Danau Toba. Maka dari itu, buat kamu yang memelihara ikan hias, jangan sembarangan melepasnya, ya! Ada baiknya, kamu memberi ikan tersebut ke sesama penghobi ataupun menjualnya di online shop.

Baca Juga: 5 Fakta Ikan Batak, Ikan Asli Danau Toba yang Terancam Punah

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

TEMPO.CO, Jakarta - Ikan red devil (Amphilophus labiatus) berasal dari Amerika Tengah yang besar. Panjangnya ikan ini bisa mencapai sekitar 38 sentimeter saat dewasa, dilansir Animal World.

Dibutuhkan sekitar 3 tahun untuk spesies mencapai ukuran penuhnya. Walaupun begitu, ikan red devil betina sudah bisa bertelur saat berukuran 15 sentimeter. Rentang hidup ikan ini hingga 12 tahun usianya. Red devil cichlid ditemukan di Amerika Tengah dekat lereng Atlantik di Nikaragua. Red Devil berhabitat di Danau Nikaragua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sampai pertengahan 1980-an ada sekitar 100 ekor lebih spesies yang dideskripsikan di bawah genus Cichlasoma. Tapi, dalam beberapa waktu ini, telah ditentukan red devil tak lagi cocok dalam genus itu.

Ikan Red Devil dilarang di Indonesia

Menurut Our Endangered World, ikan Red Devil yang memiliki sifat agresif ini dapat merusak populasi ikan lain di suatu perairan. Ikan ini dapat dengan mudah memangsa spesies endemik di suatu daerah dan menjadikan ikan Red Devil sebagai 'penguasa' perairan.

Karena sifatnya berbahaya, ikan Red Devil termasuk dalam spesies yang dilarang keberadaannya di Indonesia. Pemerintah Indonesia mengeluarkan aturan larangan ikan Red Devil melalui peraturan yang dikeluarkan Menteri Kelautan dan Perikanan.

Dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 41/PERMEN Kp/2014, ikan Red Devil masuk sebagai hewan air yang dilarang di Indonesia.

Demikian beberapa fakta seputar ikan Red Devil yang ganas sehingga dilarang keberadaannya di Indonesia.

Ikan hias ada banyak jenisnya. Salah satu yang gak kalah populer adalah ikan red devil. Eits, ikan ini gak ada hubungannya dengan klub sepak bola Manchester United, ya!

Diklasifikasikan oleh Albert Günther pada 1864, red devil atau 'setan merah' banyak dipelihara karena tampilannya yang cantik. Meskipun indah di mata, ikan red devil ini pernah membuat masalah di Danau Toba, lho! Kok bisa, ya? Kalau penasaran, langsung aja scroll ke bawah untuk membaca informasi selengkapnya!

Berkerabat Dengan Ikan Lou Han

Membaca nama red devil mungkin membuat Grameds menjadi bertanya-tanya, jenis ikan apa red devil ini? Jadi, ikan berwarna merah terang ini memiliki nama ilmiah Amphilophus labiatus. Nah, genus yang dimiliki oleh red devil ini sama dengan ikan lou han, yakni Amphilophus, sehingga kedua ikan tersebut masih memiliki hubungan kekerabatan.

Selain itu, ikan ini tidak berasal dari Indonesia, melainkan Amerika Tengah. Secara spesifik, ikan setan merah adalah spesies endemik yang berasak dari perairan Nikaragua, seperti Danau Nikaragua, Danau Managua, dan Danau Xiloa.

Amphilophus labiatus lebih sering ditemykan perairan air tawar berupa danau daripada di sungai. Selain itu, Seriously Fish mengungkapkan bahwa bahwa spesies ini umumnya ditemukan di perairan yang memiliki banyak batu sebagai tempat mereka untuk berenang di antara celah-celah batu tersebut.

Meskipun memiliki nama setan merah, warna tubuh dari ikan yang mampu hidup hingga 10–12 tahun ini ternyata tidak hanya merah. Ada juga ikan red devil yang memiliki warna putih, abu-abu, cokelat, merah muda, dan kuning.

Karakteristik lainnya yang dimiliki oleh ikan ini ialah berupa bibir besar yang dapat Grameds lihat pada Amphilophus labiatus liar. Ikan ini mencapai kematangan seksual pada usia 3 tahun, Fishkeeping World menyatakan bahwa spesies ini dapat tumbuh hingga 38 cm dan berat yang mencapai 1,2 kg.

Untuk penampilan ikan jantan dan betina sendiri, tak terlalu ada perbedaan yang mencolok. Hanya saja, berdasarkan Aquarium Source, red devil jantan umumnya memiliki ukuran yang lebih besar. Mereka juga mempunyai benjolan di kepala yang lebih tampak ketika musim kawin dan papila genital yang meruncing.

Awal masuk ke Indonesia

Ikan Red Devil bukanlah spesies asli Indonesia. Namun, ikan ganas ini sudah banyak muncul di perairan air tawar Tanah Air sejak puluhan tahun lalu.

Dilansir dari CNBC (3/8) peneliti mencatat ikan Red Devil masuk ke Indonesia sekitar 1990-an. Lalu dibawa dari Malaysia dan Singapura dan disebar di beberapa waduk buatan di Indonesia.

Peneliti juga menemukan bahwa ikan Red Devil sengaja dilepas di perairan Indonesia oleh para penggemar ikan hias. Pelepasan ikan ini diklaim tanpa pengkajian yang jelas sehingga berakibat populasi Red Devil meluas dengan cepat sampai mendominasi dan merusak beberapa perairan.